Sejarah Singkat Revolusi Thailand (Siam 1932)
Sejarah Revolusi Thailand (Siam 1932) - Revolusi thailand adalah momen dalam titik balik sejarah thailand. Revolusi thailand atau revolusi thailand tahun 1932 merupakan puncak dari gerakan nasionalisme di thailand. Para sejarawan tidak menganggap hal ini sebagai revolusi karena tidak disertai oleh orang ramai. Revolusi ini hanya dilakukan oleh para kaum intelektual dan militer. Berbeda dengan negara-negara lain.
Revolusi di thailand meletus bukan karena perlawanan terhadap penjajahan. Tapi merupakan perlawanan terhadap sistem pemerintahan monarki absolute dan merubahnya menjadi monarki konstitusional. Masuknya ilmu pemerintahan barat, terutama mengenai ide ide baru yang telah dipelajari para pemuda thailand menjadi faktor yang mempercepat revolusi di thailand.
Pengaruh ide-ide barat ini telah memberi inspirasi kepada masyarakat thailand untuk mengubah cara hidup mereka terutama dalam bidang politik Hal ini menimbulkan keinginan dalam diri para intelektual dan opsir-opsir militer thailand yang revolusioner yang sudah terpengaruh pendidikan barat untuk mengubah sistem pemerintahan monarki absolut menjadi sistem monarki konstitusional.
Golongan intelektual di pimpin oleh Pridi Banomnyong, dan para militer dipimpin oleh Phibun Songgram.dengan demikian timbulah kelompok elit baru yang menempatkan posisi mereka sebagai oposisi yang menentang monarki absolut.
Pada tanggal 24 juli 1932 banomnyong dengan dukungan militer melancarkan revolusi tak berdarah. Revolusi tahun 1932 ini berhasil memaksa raja menerima konstitusi yang diajukan oleh partai rakyat (partai pridi dan pendukungnya). Adapun isi konstitusi ini adalah menghilangkan hak-hak pregorative raja kecuali hak memperikan pengampunan. Dan ditetapkan bahwa kedaulatan penuh ada di tangan rakyat. Pemerintahan disusun dengan lembaga-lembaga kenegaraan yang meliputi raja, kabinet dan parlemen.
Isi pokok dari konstitusi 1932 adalah sebagai berikut :
- raja mempunyai hak untuk mengankat separo anggota parlemen yang berjumlah 156 orang dan separohnya lagi dipilih oleh rakyat.
- kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana mentri yang dipilih oleh parlemen dan bertanggung jawab kepadanya, yang kemudian di angkat secara resmi oleh raja.
- raja berhak membubarkan parlemen dan setelah itu raja harus melaksanakan pemilu,paling lambat tiga bulan sesudahnya.
- raja dapat memveto keputusan parlemen dan berhak menyatakan negara dalam keadaan darurat.
Pada tanggal 25 juni sang raja kembali ke bangkok setelah 2 hari bertemu dengan pemimpin kerajaan sukhotai. Prajadhipok secara simbolik memerintahkan untuk mengibarkan bendera thailand, menggantikan salah satu tradisi dari dinasti chakri. Thailand akan mempunyai peraturan perundang-undangan dalam kerangka bentuk pemerintahan yang demokrasi. Pemimpin dari revolusi ini mencoba untuk memadukan ideologi barat dalam konstitusi dengan realitas thailand itu sendiri. Pada tanggal 10 desember 1932 prajadhipok menandatangani konstitusi pertama thailand, mengakhiri peraturan dari monarki absolut yang berlangsung 682 tahun dari periode sukhothai.[1]
Meskipun monarki absolut telah berakhir, martabat dan rasa hormat pada raja tetap dipertahankan. Raja telah menjadi simbol dari kasih sayang, kehormatan, harapan, dan aspirasi dari orang-orang thailand. Kekuasaan raja thailand sama dengan monarki konstitusional di inggris. Raja dapat memveto peraturan perundang-undangan hanya satu kali dan akan menjadi peraturan yang disetujui oleh parlemen lagi.
Sang raja mempunyai kekuasaan untuk membubarkan parlemen, tapi harus memerintahkan pemilihan dalam tiga bulan sesudahnya. Pangeran kerajaan dilarang untuk memegang segala bentuk posisi eksekutif. Tapi mereka dapat menjadi anggota kerjasama diplomasi atau mempunyai fungsi kapasitas sebagai penasehat.
Sebagai akibat dari revolusi tahiland 1932 kekuasaan mutlak dari raja dihapus dan di bentuk undang-undang dan parlemen. Dan kemudian diangkatnya seorang perdana mentri. Lalu apa saja sebenarnya yang menjadi faktor penyebab terjadinya revolusi thailand tersebut? Yang menjadi penyebab dari adanya revolusi di negara thailand tersebut yaitu terdiri dari dua faktor yaitu faktor intern yang berasal dari dalam dan faktor ekstern yang berasal dari luar.
Faktor intern revolusi thailand
1. faktor ekonomi
Keadaan ekonomi yang kacau menyebabkan timbulnya rasa kecewa dihati rakyat. Pada masa pemerintahan raja vajiravudh terjadi pemborosan dan penyelewengan kas negara dan membebankan ekonomi siam.keadaan ini berlanjut pada pemerintahan raja sesudahnya yaitu raja prajadhipok. Pada tahun 1931 siam mengalami kekurangan kas sebanyak 11 juta bath.
Raja prajadhipok mengambil beberapa langkah tegas untuk mengatasi masalah ini. Beberapa diantaranya adalah dengan mengurangi pegawai yang awalnya 3000 menjadi 300 orang, mengurangi gaji pegawai dan militer, dan menaikkan bea cukai perdagangan luar negri, dan menaikan pajak. Raja prajadhipok juga mendirikan kembali dewan penasehat yang terdiri dari lima pangeran penting sebagai badan penasehat dan ia mendirikan kabinet menteri-menteri. Pada tahun 1927 ia juga membentuk komite yang beranggotakan 40 orang yang bertugas melaporkan kepadanya setiap masalah-masalah yang terjadi.
Kabijakan ini membawa hasil. Tapi di satu sisi tindakan raja prajadhipok dan kebijakan pemotongan gaji dan pengurangan pegawai besar-besaran membuat kecewa rakyat dan perwira muda. Dan dibidang perdagangan sebagian besar masih dipegang oleh orang asing terutama cina yang menyebabkan perekonomian masih memprihatinkan dan banyaknya pengangguran.
2. faktor sosial
Sampai tahun 1931 keadaan rakyat jelata tidak berubah. Para petani masih terbelakang meskipun modernisasi sudah lama masuk ke thailand. Tapi mereka belum mampu menciptakan industri-industri besar yang dapat menampung pengangguran.
3. faktor politik
Kemerosotan sistem monarki absolute menjadi penyebab utama meletusnya revolusi 1932. Kegagalan pemerintahan monarki absolute menimbulkan kebencian dan menghilangkan kepercayaan rakyat terhadap raja. Kemerosotan sistem monarki absolut di thailand bermula dari masa pemerintahan raja vajiravudh yang menyerahkan kegiatan pemerintahan kepada pegawai-pegawainya.
Raja vajiravudh tidak mengawasi kegiatan para pegawainya, sehingga menyebabkan penyelewenya dimana-mana.[2] Selain itu ia mengangkat orang yang disukainya untuk duduk di posisi-posisi penting sehingga menimbulkan kecemburuan, dalam pengambilan keputusan raja vajiravudh tidak meminta masehat kepada anggota keluarganya yang penting sebagaimana yang telah dilakukan raja sebelumnya. Raja vajiravudh juga membentuk tentara pribadi yang dikenal dengan nama "pasukan harimau liar" yang diberikan keistimewaan dibandingkan militer.
Pembentukan pasukan harimau liar (wild tiger scout crops) sebagai pengawal pribadi baginda yang diberi berbagai keistimewaan jika dibandingkan dengan pasukan tentara thailand telah menimbulkan perasaan tidak puas hati golongan tentara yang merasa pembentukan pasukan harimau liar mempengaruhi kewibawaan mereka.[3] Tindakan ini ditentang oleh para militer. Akibatnya terjadi percobaan pembunuhan terhadap raja sebanyak dua kali yaitu pada tahun 1912 dan 1917.
Raja vajiravudh juga berusaha membangkitkan kembali absolutisme yang sudah dikurangi pada masa kepemimpina raja sebelumnya.
Pada tahun 1931 raja mengeluarkan undang-undang untuk mewajibkan anak untuk sekolah rendah dengan Cuma-cuma, akan tetapi hanya sebagian kecil masyarakat yang bisa menikmatinya.
Faktor ekstern revolusi thailand
1. Pengaruh pendidian dari barat.
Perkembangan pendidikan barat terutama sejak pemerintahan chulalongkorn telah melahirkan golongan intelektual di thailand. Golongan intelektual ini sudah mengenal ide-ide barat seperti demokrasi, liberalisme, sosialisme, dan anti-monarki. Para kaum intelektual ini di kirim ke jerman dan prancis untuk belajar. Setelah pulang ke thailand mereka ingin mengubah pemerintahan yang ada yaitu monarki absolute menjadi monarki konstitusi.
Golongan ini menentang sistem monarki absolut karena mereka menganggap sistem ini sudah kuno yang dapat menghalang kemajuan thailand. Di antara golongan intelek ini yaitu pridi panomyong, pribun songkram, phya bahol, phaya manapakorn, khaung aiphaiwong, dll. Mereka membetuk sebuah partai yang dikenal dengan partai rakyat.
2. Pimpinan revolusi
Pridi banouyoung (pradisto manudharm) adalah seorang sarjana hukum yang pernah belajar di paris. Ia menjabat sebagai professor dalam ilmu hukum di universitas cullalonsom. Bersama dengan anggota angkatan perang dibawah phibun pada tanggal 24 juni 1932 ia mengambil alih kekuasaan dan mengorbankan revolusi tak berdarah.
3. Agama
Kegiatan para penyebar agama kristen mendapat tantangan orang ramai terutama dari golongan sami. Karena kegiatan ini, banyak orang siam terutama golongan muda telah memeluk agama kristen dan meninggalkan budaya isam. Akibatnya orang-orang mendesak kerajaan untuk menghentikan para penyebar agama kristen. Tidak adanya tanggapan dari pihak kerajaan menyebabkan kemarahan rakyat terhadap pihak kerajaan dan golongan bangsawan.
Meskipun revolusi itu sebenarnya hanya kalangan golongan menengah yang telah menyenyam pendidikan barat akan tetapi revolusi ini telah banyak menimbulkan perubahan-perubahan besar baik dalam bidang politik, sosial maupun ekonomi, Sejarah Revolusi Thailand (Siam 1932). Namun hadirnya pya manomakom telah banyak menghambat pelaksanaan cita-cita kaum revolusioner.
Pada tahun 1933 atas permintaan raja, partai rakyat dibekukan sebagai sebuah partai politik dan berganti sifatnya sebagai kelompok sosia. [4] Pya manomakom adalah seorang revolusioner yang telah lama menjadi pegawai raja, sehingga masih saja tunduk kepada raja sebagai raja absolut. Karena itu politik pya manomakom merupakan kelanjutan politik konservatif seperti sebelum revolusi.[5]
Note:
[1] pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/03/monarki-konstitusi-thailand-revolusi.html?m=1
[2] www.reocities.com/athens/marathon/9042/siam1932.html
[3]hamdansalleh.wordpress.com/2011/12/02/artikel-revolusi-thai-1932-dari-sudutpandang-gerakan-nasionalisme/
[4] D.G.E Hall,1997:86
[5] skolah-sejarah.blogspot.com/2014/02/dampak-revolusi-siam.html?m=1